mirandika

BiNusian weblog

NOBU

June21

Hanya Yang Terkuatlah Yang Bertahan Hidup

Sushi dengan sebuah perubahan

Bagaimana putra seorang pedagang kayu asal Tokyo akhirnya menjadi pemimpin salah satu rantai restoran paling bergengsi di dunia adalah sebuah pelajaran cara memanfaatkan peluang dan bakat dengan sebaik-baiknya dan mengatasi nasib buruk.

Nobuyuki “Nobu” Matsuhisa adalah koki-wirausahawan di belakang NOBU, restoran jepang yang pertama dibuka di New York dan kini memiliki sekitar 14 restoran yang terentang dari London sampai Melbourne dengan nilai penjualan tahunana sekitar 10 juta dolar AS.

Dilahirkan pada 1949, Matsuhisa kehilangan ayahnya karena kecelakaan lalu-lintas ketika dia berusia tujuh tahun. Pada usia delapan tahun, kakaknya mengajak dia kesebuah restoran sushi. Di sana, dia begitu terpesona melihat ritualnya, sehingga dia memutuskan akan berkarier di bidang itu. Dia meniggalkan sekolah pada usia 17 tahun dan magang sambil tinggal pada sebuah restoran sushi di Tokyo, di mana dia tidur di atas lantai. Seni membuat sushi merupakan sesuatu yang sangat serius sampai-sampai matsuhisa tidak diperkenankan membuat sushi di tiga tahun pertamanya; alih-alih, dia menghabiskan waktunya untuk mengabil pesanan ikan, bersih-bersih dan mencuci piring.

Namun begitu berada di belakang meja masak, dia menjalin persahabatan dengan seorang warga Peru keturunan Jepang, yang kemudian membujuk matsuhisa –yang kala itu berusia 24 tahun- untuk pergi ke Peru dan membuka sebuah restoran di ibukota Peru, Lima. Ikannya lezat, restorannya laris dan Matsuhisa mulai menambahkan cita rasa dan teknik. Teknih Amerika Selatan pada ciptaan-ciptaannya –pengaruh-pengaruh yang kelak akan melontarkannya ke jajaran atas.

Setelah tiga tahun, Matsuhisa berpisah dengan para mitranya karena pertikaian soal harga makanan –sebuah pertengkaran yang lazim antara kosi dan pemilik- dan pindah ke Argentina di mana dia berjuang pada sebuah restoran lain selama setahun sebelum kembali ke jepan g bersama istri dan putri kecilnya. Mengalami masa-masa sulit di apartemen mereka yang penuh sesak di Tokyo , sehingga pada 1977 mereka pindah lagi. Kali ini ke Anchorage, Alaska, di mana Matsuhisa meminjam uang untuk membuka sebuah restoran. Ketika restoran yang tidak diasuransikan itu terbakar, dia terlilit utang yang luar biasa besar dan nyaris bunuh diri. Dia menghabiskan Sembilan tahun berikutnya untuk memulihkan diri dan pada 1987 berhasil mengumpulkan uang untuk membuka sebuah restoran kecil berkapasitas 40 tempat duduk di Beverly Hills, Los Angeles, yang diberi nama Matsuhisa.

Kualitas masakannya dan keahiliannya sebagai seorang koki menarik perhatian para pesohor, salah satunya adalah Robetrt De Niro, yang mendekati Matsuhisa untuk membuka restoran bersamanyadan seorang pemilik restoran bersamanya dan seorang pemilik restoran Drew Nieporent (Presiden Direktur Myriad Restaurant Group) di New York. Matsuhisa menunda jawabannya selama empat tahun, namun De Niro tetap membuka tawarannya dan pada tahun 1994 Nobu dibuka di New York, sementara Matsuhisa mempertahankan restoran miliknya di Beverly Hills.

Kombinasi kesohoran De Niro, kecakapan Nieporent untuk membuat kehebohan dan masakan Matsuhisa yang inovatif sangatlah mengundang di New York, ada lelucon lama bahwa saking sulitnya mendapatkan tempat di restoran itu sampai-sampai para staf akan menjawab telepon “Halo, No …” dan bukannya “Halo, Nobu”.

Nobu dibuka di London pada 1997, segera menjadi popular di kalangan papan atas, namun mendapat nama buruk di seluruh dunia katika terungkap bahwa petenis Boris Becker mendapatkan seorang anak di situ, setelah episode ringkas pascamakan malam di lemari penyimpanan taplak bersama seorang model asala Rusia pada 1999.

Nobu London menghasilkan sebuah model untuk pengembangan bisnis, dengan membuka 14 cabang pada 1997 di bawah pengawasan ketat Matsuhisa. (Cabang Tokyo menyusul pada 1998, lalu sebuah usaha gabungan dengan Giorgio Armani di Milan pada 2000.) Jadwal dwiminggu yang biasa dijalani Matsuhisa adalah seperti berikut: Los Angeles, New York, Miami, lalu satu hari penuh di Jepang, kembali ke Los Angeles, terbang ke London, Paris, Tokyo, kembali lagi ke Los Angeles, lalu Miami lagi, New York lagi, lalu Miami lagi, New York lagi, lalu Tokyo. Namun, sekarang ini dia berpergian dengan pelayanan kelas satu.

posted under Mini Cases

Email will not be published

Website example

Your Comment: